JAKARTA - Untuk menjangkau daerah terpencil penggunaan IP VSAT disinyalir lebih efektif dan lebih murah dibanding pengadaan Base Transceiver Station (BTS) existing.
"Teknologi yang digunakan untuk jaringan komunikasi di kapal ini masih memiliki infrastruktur yang sama dengan GSM biasanya. Namun BTS yang digunakan adalah BTS pico internet protokol melalui sinyal satelit. Nantinya BTS IP di kapal ini akan terhubung dengan Base Station Controller (BSC) di daratan," ujar General Manager Technology Planning Telkomsel Dedi Suherman usai peresmian jaringan komunikasi di atas kapal Labobar, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (7/6/2008).
Menurut Dedi, BTS Pico IP lebih murah daripada BTS eksisting karena teknologi GSM berbasis IP ini hanya membutuhkan waktu pengerjaan selama 2 jam saja. Sedangkan BTS dengan menggunakan menara membutuhkan waktu sekira 2 bulan.
Bahkan BTS Pico juga dianggap lebih efektif dibanding Femto. Pasalnya, meskipun femto memiliki cakupan cukup jauh namun biasanya femto hanya digunakan untuk jaringan rumahan dengan pengguna terbatas, maksimal 4 user. Sedangkan pico memiliki jumlah kapasitas pengguna yang cukup banyak.
"Untuk kondisi kapal yang memiliki banyak sekat penghalang, lebih baik menggunakan BTS pico. Satu unit BTS pico memiliki cakupan 100 meter dengan jumlah TRX yang masing-masing dapat melayani 8 kanal suara secara bersamaan," jelas Dedi.
Untuk jaringan di kapal Labobar ini, lanjut Dedi, tidak hanya menggunakan pico BTS saja tapi juga harus dibantu dengan beberapa perangkat lain seperti server, antena parabola, Modem VSAT IP dan satelit tracking. Perangkat terakhir inilah yang menurut Dedi memakan budget hingga miliaran rupiah.
"Satelit tracking memang paling mahal di antara perangkat yang lain tapi justru dia yang sangat berperan. Soalnya sinyal satelit tidak bisa di-lock jika sudutnya lebih dari 15 derajat. Apalagi kondisi kapal yang tidak stabil sangat memungkinkan hal itu terjadi sesering mungkin. Nah, ketika perangkat satelit tracking ini mendapati posisi satelit yang tidak diinginkan maka secara otomatis dia akan memberitahukan antena yang berada di atas kapal ini untuk berubah posisi sesuai dengan posisi si satelit," jelas Dedi.
Nantinya perangkat ini juga akan dibangun di daerah yan belum terjangkau komunikasi seperti puncak bukit, pengeboran lepas pantai dan daerah terpencil lainnya. Untuk menghidupi perangkat-perangkat tersebut, Telkomsel menggunakan aliran genset yang terdapat di kapal. Namun ke depan akan dikembangkan dengan menggunakan teknologi solar cell. Untuk memberikan energi cadangan, Telkomsel telah mempersiapkan Automatic Power Backup atau baterai APB pada wilayah yang terlanjur memiliki listrik.
Namun dijelaskan oleh Direktur Utama Telkomsel Kiskenda Suriaharja, fungsi perangkat-perangkat ini tidak hanya menghantarkan sinyal komunikasi tapi juga mampu berfungsi ganda yang dapat mempermudah kerja para awak kapal. Misalnya tracking container kapal, memantau suku cadang dan bahan bakar, bahkan sampai pada fungsi tracking posisi atau lokasi kapal.
"Yang paling penting, teknologi ini akan sangat berperan untuk mengurangi bahkan mencegah kecelakaan transportasi laut," tambah Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar.
sumber : okezone.com