JAKARTA - Mendiknas Bambang Soedibyo hari ini menandatangani perjanjian dengan Chairman Intel Corporation untuk mengembangkan program pendidikan digital Intel World Ahead yang melibatkan pemerintah Indonesia.
Kerja sama ini ditujukan untuk meningkatkan akses kepemilikan komputer dengan harga terjangkau, sehingga meningkatkan kemampuan guru Indonesia, memperluas akses internet, dan menghadirkan konten lokal yang relevan dalam meningkatkan peranan digital.
Dengan program World Ahead ini, Intel menanam modal sebesar USD1 miliar di seluruh dunia dalam kurun waktu lima tahun untuk mempercepat akses teknologi dan pendidikan bagi penduduk di negara berkembang.
Intel berhasil mengimplementasi program 1:1 e-learning di Indonesia tahun ini dengan menyediakan 100 unit Classmate PC Intel untuk proyek percontohan di sekolah-sekolah yang terpilih. Sebagai bagian dari program pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia, Intel akan mendonasikan hingga 4000 unit komputer dalam kurun waktu empat tahun.
"Harga Classmate PC ini dibawah USD200. Intel bekerja sama dengan perusahaan software lokal (software provider). Jadi, totalnya sekira di atas USD200," ujar Bambang di Balai Kartini, Kamis (15/5/2008). "Supaya memenuhi kebutuhan SD, SMP, dan SMA, agar semuanya punya komputer, dalam program ini pemerintah menginvestasi sekira USD45-50 juta. Saya kira angka ini perlahan-lahan akan turun," pungkasnya.
Country Manager Intel Indonesia Budi Wahyu Jati pun mengaku bahwa program jangka panjang ini sebenarnya sudah berjalan sejak tahun lalu. "Sebenarnya program ini sudah dimulai dari tahun lalu hingga tiga tahun ke depan. Kami sudah mendonasikan mungkin sekira 725 unit ke 33 sekolah, sisanya akan didonasi dalam 3-4 tahun ke depan," ujar Budi di tempat yang sama.
Adapun beberapa langkah Intel dalam program Intel World Ahead ini, yaitu melakukan training kepada sekira 10.000 guru, dan bekerja sama dengan Depdiknas dalam mendonasi sejumlah komputer ke sekolah-sekolah. "Terakhir, kita juga menjalin kerja sama dengan software lokal untuk menerjemahkan materi-materi di internet, terutama untuk matematika dan sains," terang Chairman Intel Craig Barret di kesempatan yang sama.
Selain itu, Intel juga memfokuskan pada pengembangan konten, yakni kolaborasi dengan pemerintah, LSM, pemimpin dalam dunia pendidikan, dan pebisnis lokal dalam mempercepat berbagai macam konten lokal. Depdiknas, selain membangun local content yang dimanage olehnya sendiri, Mendiknas mengaku juga akan membangun local content pada sekolah-sekolah dan kampus, dan membebaskan mereka untuk memanagenya sendiri.
Menurut Barret, konten lokal di Indonesia masih terbilang kecil, namun, ia melihat pertumbuhan penetrasi internet yang pesat di Indonesia. "Saat ini, mungkin ada sekira 40.000 registered website dari Indonesia, dibandingkan 64 juta di Amerika Serikat," paparnya.
Program Intel World Ahead sudah pernah diterapkan di beberapa negara, antara lain Brazil, Kosta Rika, Lebanon, Jordania, Turki, China, India, Nigeria, Malaysia, dan masih banyak lagi. "Kami melihat antusiasme siswa belajar bertambah. Tidak hanya itu, program ini juga menghemat waktu pembelajaran hingga dua kali lebih cepat, ringkasnya efisiensi waktu," tutur Barret.
sumber:okezone.com